Melawan Ketidakadilan

"Agama adalah keluhan makhluk yang tertekan, perasaan dunia tanpa hati, sebagaimana ia adalah suatu roh zaman yang tanpa roh. Ia adalah candu rakyat" (Karl Marx in introduction to the critique of Hegel's Philosophy, Oxford University; 1981)"

Karl Marx pernah bilang bahwa agama itu candu bagi masyarakat ... masyarakat selalu ketagihan lari ke agamanya jika tertindas, manusia tidak berani melawan penindasan.

Masalah konflik di dunia ini penyebabnya yang paling mendasar adalah ketidakadilan, sehingga orang yang beragama sama pun bisa juga berbeda pendapat tentang keadilan.

Konflik klasik mengapa muncul gerakan protestan, gerakan syiah, dan lain sebagainya, itu semua diakibatkan oleh ketidakadilan. 

Jadi kalau sudah ada negara yang mampu menegakkan hukum yang adil, tidak ada penindasan, ketidakadilan, artinya negara itu sebenarnya sudah menjalankan perintah Tuhan (melalui agama) untuk menegakkan keadilan, kemanusiaan, kebenaran,  kejujuran.

Jadi konflik di Timur Tengah, dulu di Irlandia Utara, di Afrika Selatan, di India dsb ... antar sesama pengikut keagamaan, sumber utamanya adalah ketidakadilan. Tidak ada agama apapun di dunia ini yang mengajarkan kemunafikan, fitnah, kebohongan, ketidakadilan, dan penindasan. Itu sebabnya ada golongan yang sebenarnya ingin berkuasa secara otoriter, paling benci pada gerakan keagamaan yang menuntut keadilan. Lihat saja masa Ferdinand Marcos di Filipina yang dilawan oleh Kardinal Sin, lihat rezim Apartheid di Afsel yg dilawan oleh para pendeta yang mendukung Nelson Mandela. Juga bagaimana Resolusi Jihad para ulama di Jawa yang membangkitkan perlawanan pada penindasan para penjajah.

Jadi jangan khawatir jika ada tokoh umat beragama dimana pun yang mengajak umatnya untuk melawan ketidakadilan .... 

Apabila saya mengutip pemikiran Karl Marx yang cukup populer tersebut, hal ini tidaklah otomatis berarti saya adalah pengagum filsafat Karl Marx. Namun saya meyakini, sejatinya fitrah kita sebagai insan manusia adalah senantiasa merindukan keadilan, serta mencari dan merindukan Tuhan YME. ( Bambang Sulistomo )